Showing posts with label Tokoh. Show all posts
Showing posts with label Tokoh. Show all posts

Sunday, February 6, 2011

Mengenang Adjie Massaid

Tempo/Yosep Arkian

'The man I once ignored'


Adjie Massaid di Mata Angelina Sondakh

Angelina Sondakh, Puteri Indonesia 2001 yang menjadi istri almarhum Adjie Massaid, menyimpan kenangan indah tentang politisi Partai Demokrat yang meninggal, Sabtu (5/2/2011). Semula, Adjie yang naksir pada Angelina, begitulah tertulis pada diarinya. Beberapa kali Adjie mengirim salam. Namun, Angelina Sondakh selalu berusaha tidak meresponsnya.

Angelina Sondakh merasa Adjie Massaid tipe lelaki yang berbaik hati kepada semua orang. Berikut ini adalah catatan Angelina Sondakh di blog-nya tentang suaminya itu, tertanggal 25 Januari 2006, sekitar setahun setelah mereka menikah, sebagaimana dikutip Tribunnews.com, Sabtu.

ADJI MASSAID (The man I once ignored). Aku mengenal nama Adji Massaid sudah cukup lama. Namanya memang sudah tidak asing lagi dalam dunia perfilman dan persinetronan. Namun itu hanya sebatas mengenal dan sekedar tahu saja. Pada saat itu kami sama-sama masih menjadi calon legeslatif dari Partai Demokrat. Pertemuan partai, rapat – rapat partai dan kegiatan – kegiatan di partai membuat kami pun sering bertemu. Apalagi pada kesempatan mensukseskan calon Presiden Partai Demokrat : Susilo Bambang Yudhoyono.
Jujur, saat itu aku tidak tahu banyak tentang kehidupan pribadi Adji dan lebih daripada itu rasanya kami berdua pun tidak tertarik untuk ingin mengenal satu sama lain lebih jauh. Pembicaraan kami hanya sebatas pekerjaan, tidak pernah melewati batas privasi masing – masing. Rasanya kami berdua cukup memahami posisi masing – masing, sehingga kalaupun harus berbicara pasti topiknya tidak lari dari partai dan pemenangan pemilu.

Sebenarnya latar belakang public figure-lah yang membawa kami bergabung di Partai Demokrat (kami diajak oleh Sys NS untuk bergabung di PD, thank you mas Sys). Kami juga tergolong generasi muda. Dan sebenarnya, inilah yang bisa menjadi alasan rasional untuk membangun komunikasi diantara kami. Tapi entahlah …. saat itu saya sibuk dengan aktifitas sehari-hari dan dia juga sepertinya begitu. Yang pasti, pertama kali mengenal Adji kami berdua sedang tidak sendiri. Saya pada waktu itu sedang merajut asmara dengan seseorang begitupun Adji yang masih terikat perkawinan. Kami pun menghargai pasangan kami masing2.

Hari – hari di DPR saya lalui dengan penuh semangat ingin belajar dan belajar. Saya mulai menikmati ritme kerja yang benar-benar baru bagi saya. Dalam jadwal saya yang padat di gedung parlemen, sering saya bertemu dengan Adji namun itu sebatas, “say hello” saja. Pernah kami tidak sengaja bertemu di ruangan kerja salah satu teman fraksi, saat itu Adji sempat mengajak saya berdiskusi soal apa pendapat masyarakat tentang permasalahannya. Tapi saya enggan berkomentar terlalu banyak. Setelah saya beranjak dari ruangan tersebut ternyata Adji menitipkan pesan untuk disampaikan kepada saya bahwa dia tertarik dengan saya. Itupun saya tidak menanggapi secara serius tapi saya tanggapi secara ringan dengan memberikan support kepada Adji untuk tetap bertahan walau seberat apapun permasalahannya.

Walaupun demikian saat itu tidak ada perasaan yang ‘lain’ yang saya rasakan dan memang kamipun akhirnya berada dalam komisi yang berbeda. Ini jugalah yang membuat kami jarang sekali bertemu dan jarang berkomunikasi. Kami hanya bertemu pada rapat fraksi setiap jumat dan itu pun minim sekali interaksinya. Dia selalu duduk di sayap barat dan saya di sayap timur. Nothing special. Dia kuanggap sebagai teman biasa saja. Nothing more. Bukan Adji namanya kalau tidak terus mencoba dan mencoba. Sering aku dikirimi salam melalui orang-orang yang tinggal bersama saya.

“Ibu, ada salam dari Pak Adji’ tutur pembantu saya.
Namun aku selalu mengabaikannya. Bahkan terkadang walaupun ada ‘godaan-godaan’ kecil, itu selalu kuanggap ‘dasar laki-laki’. Pernah juga Adji memanggil nama saya lewat speaker sidang …. Angie! Dengan tatapannya yang ‘romantis semu’ namun saya pada waktu itu masih bisa menyakinkan diri saya bahwa itulah Adji. He is treating every woman like that because he is nice to everybody. Saya hanya tidak ingin menanggapi mas Adji serius, walaupun terkadang ketika bertemu dia selalu memberikan pujian….sekali lagi itu kuanggap sebagai basa – basi saja and Yes he is doing it to everybody. Pernah juga Adji menyampaikan kekagumannya pada saya lewat teman se-partai, pada waktu itu saya hanya menanggapi dengan kata-kata: ‘kayak nggak tahu Adji aja’. Tapi saya tetap menganggap Adji sebagai sahabat dan itu tidak mengurangi rasa persahabatan saya dengan dia dalam konteks kepentingan partai tentunnya.

Setelah beberapa waktu lamanya, sayapun akhirnya sendiri dan Adjipun sepertinya mulai menikmati kesendiriannya. Walaupun saya selalu mendengar bahwa Adji tidak pernah benar – benar sendiri, karena Adji adalah tipe orang yang easy going dan ingin bersahabat dengan siapa saja. Pernah suatu waktu dalam pertemuan partai seorang teman mengatakan: ‘Angie, Adji kirim salam ….. kayaknya dia naksir sama kamu’. Terus saya jawab dengan bergurau: “Keep trying hard, I need to see more effort”. Karena berbagai kesibukan, kami pun semakin jarang berkomunkasi. Namun tetap saja Adji selalu kirim salam melalui staff saya. Dan itupun saya tidak membalas salamnya, karena saya menganggap itu adalah gombalnya laki-laki. Yaah…itulah yang ada dibenak saya pada waktu itu : Adji termasuk laki-laki yang baik ke semua orang. Jadi biarlah aku menganggap semua itu sebagai angin lalu saja. Dan dalam hatiku …… Gombal.

Saya selalu menghindar dari Adji dalam setiap kesempatan. Bahkan pada setiap kunjungan partai ke daerah, saya selalu menanyakan asisten saya, apakah Adji ikut dalam rombongan. Dan saya pesankan, kalau ada, tolong diusahakan agar seat saya terpisah dengan Adji. Sebagaimana foto yang saya tampilkan dalam webblogs ini. Mungkin dapat bercerita banyak tentang penolakan saya terhadap Adji. Tapi semua itu akhirnya luluh lantah…………

Sumber: is.news.yahoo.com

Tuesday, January 25, 2011

Sultan Mehmed II Penakluk Konstantinopel dan Vlad Dracula

(Makalah ini disampaikan dalam bedah buku Dracula, Pembantai Umat Islam dalam Perang Salib” di auditorium Fakultas Ilmu Budaya UGM Oleh: Ragil Nugroho)
 
 
Membongkar Sebuah Kebohongan

vlad_tepes_orig_edit-x01

Kisah hidup Dracula merupakan salah satu contoh bentuk penjajahan sejarah yang begitu nyata yang dilakukan Barat. Kalau film Rambo merupakan suatu fiksi yang kemudian direproduksi agar seolah-olah menjadi nyata oleh Barat, maka Dracula merupakan kebalikannya, tokoh nyata yang direproduksi menjadi fiksi. Bermula dari novel buah karya Bram Stoker yang berjudul Dracula, sosok nyatanya kemudian semakin dikaburkan lewat film-film seperti Dracula’s Daughter (1936), Son of Dracula (1943), Hoorof of Dracula (1958), Nosferatu (1922)-yang dibuat ulang pada tahun 1979-dan film-film sejenis yang terus-menerus diproduksi.
 

Lantas, siapa sebenarnya Dracula itu?

foto0011

Dalam buku berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, sosok Dracula dikupas secara tuntas. Dalam buku ini dipaparkan bahwa Dracula merupakan pangeran Wallachia , keturunan Vlad Dracul. Dalam uraian Hyphatia tersebut sosok Dracula tidak bisa dilepaskan dari menjelang periode akhir Perang Salib. Dracula dilahirkan ketika peperangan antara Kerajaan Turki Ottoman-sebagai wakil Islam-dan Kerajaan Honggaria-sebagai wakil Kristen-semakin memanas. Kedua kerajaan tersebut berusaha saling mengalahkan untuk merebutkan wilayah-wilayah yang bisa dikuasai, baik yang berada di Eropa maupun Asia . Puncak dari peperangan ini adalah jatuhnya Konstantinopel- benteng Kristen-ke dalam penguasaan Kerajaan Turki Ottoman.
 

Impale_large-x01
Dalam babakan Perang Salib di atas Dracula merupakan salah satu panglima pasukan Salib. 
 

Dalam peran inilah Dracula banyak melakukan pembantain terhadap umat Islam. Hyphatia memperkirakan jumlah korban kekejaman Dracula mencapai 300.000 ribu umat Islam. Korban-korban tersebut dibunuh dengan berbagai cara-yang cara-cara tersebut bisa dikatakan sangat biadab-yaitu dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya, dan yang paling kejam adalah disula. Penyulaan merupakan cara penyiksaan yang amat kejam, yaitu seseorang ditusuk mulai dari anus dengan kayu sebesar lengan tangan orang dewasa yang ujungnya dilancipkan. Korban yang telah ditusuk kemudian dipancangkan sehingga kayu sula menembus hingga perut, kerongkongan, atau kepala. Sebagai gambaran bagaimana situasi ketika penyulaan berlangsung penulis mengutip pemaparan Hyphatia:

impale_3-x01

 
“Ketika matahari mulai meninggi Dracula memerintahkan penyulaan segera dimulai. Para prajurit melakukan perintah tersebut dengan cekatakan seolah robot yang telah dipogram. Begitu penyulaan dimulai lolong kesakitan dan jerit penderitaan segera memenuhi segala penjuru tempat itu. Mereka, umat Islam yang malang ini sedang menjemput ajal dengan cara yang begitu mengerikan. Mereka tak sempat lagi mengingat kenangan indah dan manis yang pernah mereka alami.”

Tidak hanya orang dewasa saja yang menjadi korban penyulaan, tapi juga bayi. Hyphatia memberikan pemaparan tetang penyulaan terhadap bayi sebagai berikut:
“Bayi-bayi yang disula tak sempat menangis lagi karena mereka langsung sekarat begitu ujung sula menembus perut mungilnya. Tubuh-tubuh para korban itu meregang di kayu sula untuk menjemput ajal.”

Kekejaman seperti yang telah dipaparkan di atas itulah yang selama ini disembunyikan oleh Barat. Menurut Hyphatia hal ini terjadi karena dua sebab. Pertama, pembantaian yang dilakukan Dracula terhadap umat Islam tidak bisa dilepaskan dari Perang Salib. Negara-negara Barat yang pada masa Perang Salib menjadi pendukung utama pasukan Salib tak mau tercoreng wajahnya. Mereka yang getol mengorek-ngorek pembantaian Hilter dan Pol Pot akan enggan membuka borok mereka sendiri. Hal ini sudah menjadi tabiat Barat yang selalu ingin menang sendiri. Kedua, Dracula merupakan pahlawan bagi pasukan Salib. Betapapun kejamnya Dracula maka dia akan selalu dilindungi nama baiknya. Dan, sampai saat ini di Rumania , Dracula masih menjadi pahlawan. Sebagaimana sebagian besar sejarah pahlawan-pahlawan pasti akan diambil sosok superheronya dan dibuang segala kejelekan, kejahatan dan kelemahannya.

Bram Stroker, Pengarang Cerita Dracula
Bram Stroker, Pengarang Cerita Dracula
 
 
Guna menutup kedok kekejaman mereka, Barat terus-menerus menyembunyikan siapa sebenarnya Dracula. Seperti yang telah dipaparkan di atas, baik lewat karya fiksi maupun film, mereka berusaha agar jati diri dari sosok Dracula yang sebenarnya tidak terkuak. Dan, harus diakui usaha Barat untuk mengubah sosok Dracula dari fakta menjadi fiksi ini cukup berhasil. Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dari seberapa banyak masyarakat-khususny a umat Islam sendiri-yang mengetahui tentang siapa sebenarnya Dracula. Bila jumlah mereka dihitung bisa dipastikan amatlah sedikit, dan kalaupun mereka mengetahui tentang Dracula bisa dipastikan bahwa penjelasan yang diberikan tidak akan jauh dari penjelasan yang sudah umum selama ini bahwa Dracula merupakan vampir yang haus darah.

Selain membongkar kebohongan yang dilakukan oleh Barat, dalam bukunya Hyphatia juga mengupas makna salib dalam kisah Dracula. Seperti yang telah umum diketahui bahwa penggambaran Dracula yang telah menjadi fiksi tidak bisa dilepaskan dari dua benda, bawang putih dan salib. Konon kabarnya hanya dengan kedua benda tersebut Dracula akan takut dan bisa dikalahkan. Menurut Hyphatia pengunaan simbol salib merupakan cara Barat untuk menghapus pahlawan dari musuh mereka-pahlawan dari pihak Islam-dan sekaligus untuk menunjukkan superioritas mereka.

Sultan Mehmed II (Wikipedia)
Sultan Mehmed II (Wikipedia)
 
 
Siapa pahlawan yang berusaha dihapuskan oleh Barat tersebut? Tidak lain Sultan Mahmud II (di Barat dikenal sebagai Sultan Mehmed II). Sang Sultan merupakan penakluk Konstantinopel yang sekaligus penakluk Dracula. Ialah yang telah mengalahkan dan memenggal kepala Dracula di tepi Danua Snagov. Namun kenyataan ini berusaha dimungkiri oleh Barat. Mereka berusaha agar merekalah yang bisa mengalahkan Dracula. Maka diciptakanlah sebuah fiksi bahwa Dracula hanya bisa dikalahkan oleh salib. 
 
Tujuan dari semua ini selain hendak mengaburkan peranan Sultan Mahmud II juga sekaligus untuk menunjukkan bahwa merekalah yang paling superior, yang bisa mengalahkan Dracula si Haus Darah. Dan, sekali lagi usaha Barat ini bisa dikatakan berhasil.

Utusan Sultan Mehmed II di Kastil Vlad Dracul (Wikipedia)
Utusan Sultan Mehmed II di Kastil Vlad Dracul (Wikipedia)
 
 
Selain yang telah dipaparkan di atas, buku “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, juga memuat hal-hal yang selama tersembunyi sehingga belum banyak diketahui oleh masyarakat secara luas. Misalnya tentang kuburan Dracula yang sampai saat ini belum terungkap dengan jelas, keturunan Dracula, macam-macam penyiksaan Dracula dan sepak terjang Dracula yang lainnya.

Sebagai penutup tulisan ini penulis ingin menarik suatu kesimpulan bahwa suatu penjajahan sejarah tidak kalah berbahayanya dengan bentuk penjajahan yang lain-politik, ekonomi, budaya, dll. Penjajahan sejarah ini dilakukan secara halus dan sistematis, yang apabila tidak jeli maka kita akan terperangkap di dalamnya. Oleh karena itu, sikap kritis terhadap sejarah merupakan hal yang amat dibutuhkan agar kita tidak terjerat dalam penjajahan sejarah. Sekiranya buku karya Hyphatia ini-walaupun masih merupakan langkah awal-bisa dijadikan pengingat agar kita selalu kritis terhadap sejarah karena ternyata penjajahan sejarah itu begitu nyata ada di depan kita.
 
Wikipedia pun mengkonfirmasikan eksistensi historis Dracula yang membantai ribuan Muslim dengan cara menusuk/mensula (impale)

Sumber: terselubung.blogspot.com