Tuesday, February 8, 2011

Manisnya Bisnis Buah Simalakama

Saya terkesima menyimak ucapan Yenni Wahid ketika diwawancarai Metro TV siang pada tanggal 7 Februari 2010, ketika menanggapi penyerangan Ahmadiyah. Meski ini hanya penggalan kalimat, namun cukup membekas dalam ingatan dan selalu terngiang-ngiang. Kira-kira begini tanggapannya : “Yang juga harus diusut adalah siapa kira-kira pihak yang berada di belakang Ahmadiyah”.

Jika dihubungkan dengan acara Jakarta Lawyers Club malam ini 8 Feb 2010di TV One, Ketua MUI Amidhan mengungkapkan kecurigaannya terhadap campur tangan negara adidaya dalam “melanggengkan” Ahmadiyah di Indonesia. Jika dilihat, meskipun kecil, Ahmadiyah memang kuat secara organisasi dan kasat mata : secara pendanaan.

Apalagi, Ahmadiyah terkesan dibela ormas atau LSM yang itu-itu saja. Bahasa pembelaan pun standar : atas nama kemanusiaan bla bla bla tanpa mau peduli melihat akar persoalan yang sebenarnya,dan kalaupun kepepet pilih saja jawaban normatif yang sudah dipersiapkan sebelumnya ( jadi cendrung lepas tangan / tidak bertanggung jawab ).

Jika memang nanti terbukti ada negara adikuasa terlibat, kita yakin, sulit bagi Indonesia untuk bersikap. Mengapa ? Karena keberadaan Ahmadiyah seperti buah simalakama yang dibisniskan. Penjual adalah negara adidaya, mereka untung jika Indonesia yang kaya dengan sumber alam ini selalu mengalami instabilitas. Bagaimana nasib pembeli ? Jika dimakan, bapak mati, tak dimakan ibu mati. Tepatnya : Jika dimakan, rakyat jadi korban, tak dimakan, rakyat jadi korban.
Jadi bagaimana solusinya ? Silakan baca link di bawah, mudah-mudahan bermanfaat.

Note : Saya tidak mengharapkan komentar, tanggapan atas tulisan ini harap dibuat dengan tulisan juga.

Daftar Pustaka :
Kekuatan asing di Belakang Ahmadiyah
MUI, NU dan Muhammadiyah Sepakat : AHMADIYAH SESAT
Awas ! Antek Asing Ganggu Stabilitas Nasional

1297180461588684823
Ibarat Gambit Raja ( pengorbanan bidak sisi Raja ), yang membuat kondisi permainan kedua kubu tidak stabil

 
Efri Yaldi
 
Sumber: kompasiana.com
 

No comments:

Post a Comment